Minggu, 30 November 2008

0leh dan Untuk Perempuan

Dalam penyebaran Islam ada Khatijah. Dalam perang Romawi-Mesir ada peran Cleopatra, dari kerajaan Castile (Spanyol) muncul Isabella I (1451-1504) , dari tanah Inggris ada Queen Elizabeth I. Tokoh pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantara tak lepas dari peran gigih Nyi Hajar Dewantara, yakni Raden Ajeng Sutartinah..Tokoh kesetaraan kaum perempuan Indonesia, RA Kartini, mengukir tinta emas untuk perjuangan kaum perempuan Indonesia. Benar kiranya orang bijak mengatakan bahwa di balik perkembangan dunia , atau pun di balik peristiwa besar selalu ada peran perempuan.

Kita sebagai bangsa Indonesia tentu mengenal sosok sastrawan besar Indonesia yang telah berkali-kali menjadi salah satu nomine peraih Nobel. Siapakah dia? Dia memang bukan perempuan, tetapi inspirasi karya-karya fenomenalnya karena peran perempuan. Dialah Pramoedya Ananta Toer. Di Indonesia nama Pramoedya Ananta Toer selalu mengundang kontroversi. Berkali-kali beliau “dibenamkan” dalam kehidupan penjara, tetapi justru lahir karya gemilangnya. Buku-buku beliau telah diterjemahkan ke dalam kurang lebih 43 bahasa dunia. Dalam karyanya banyak menyuarakan hati dan tokoh perempuan. Pramoedya juga mengakui bahwa semua yang ditulisnya terinspirasi dari ibunya. Karakter kuat seorang perempuan dalam karangan fiksinya didasarkan pada ibunya, “ seorang pribadi yang tak ternilai, api yang menyala begitu terang tanpa meninggalkan abu sedikit pun”. Begitu luar biasa beliau mengapresiasi seorang perempuan.

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pun sangat mencintai dan menghormati perempuan. Laki-laki dan perempuan beliau ibaratkan sepasang sayap burung yang sedang terbang. Jika salah satu sayap itu patah atau terluka, lumpuhlah burung tersebut. Di sinilah kita semakin yakin bahwa peran perempua dalam peradaban memang tidak bisa disepelekan. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan supaya bisa saling menghargai saling melengkapi, dan di antara keduanya juga saling membutuhkan. Tidak ada yang paling utama atau yang paling penting.

Namun, hingga saat ini , kenyataan yang kita hadapi, perempuan masih dianggap sebagai the second sex, warga kelas dua. Perempuan memang banyak menghadapi kendala kungkungan batas etika dan norma-norma kehidupan. Agama dan Negara pun sering bersekongkol memarginalkan perempuan. Bahkan sejumlah kajian mengenai perempuan dan hukum di Indonesia menyimpulkan betapa marginalnya posisi perempuan. Indikasi ini menyiratkan secara nyata bahwa ketimpangan gender dalam relasi laki-laki dan perempuan di Indonesia masih sangat kuat.

Mengutip pendapat salah seorang penyair asal Semarang, Jawa Tengah, Timur Surya Suprabana, menyikapi kegelisahan kondisi perempuan akhir-akhir ini menuturkan bahwa perempuan harus bisa menciptakan kesetaraannya sendiri. Perjuangan perempuan harus dilakukan oleh perempuan itu sendiri. Hal tersebut telah lazim dilakukan di Perancis dan Polandia. Mereka, kaum perempuan membentuk partai, pabrik, dan menegakkan hukum khusus perempuan. Bisakah di bumi Indonesia itu semua menjadi kenyataan?

Masyarakat Indonesia dewasa ini menghadapi berbagai persoalan . Baik persoalan ekonomi, sosial, ksisis moral, dan krisis yang lain. Merebaknya kasus eksploitasi dan deskriminasi terhadap perempuan, termasuk di dalamnya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, maraknya kasus perdagangan perempuan dan anak perempuan dengan modus operandi perkawinan, menjamurnya kawin kontrak yang tidak bertanggung jawab dan amat merugikan bagi perempuan dan anak-anak, meluasnya perkawinan anak-anak (di bawah umur), tingginya angka perkawina yang tidak dicatatkan dalam bentuk perkawinan sirri atau di bawah tangan, dan banyaknya praktik prostitusi di masyarakat, merupakan PR yang amat panjang bagi kita.

Dalam kondisi seperti di atas apa kiranya yang mesti kita lakukan sebagai seorang perempuan? Perempuan memang tidak bisa mengelak dari fungsi reproduksinya yang kemudian memang mendekatkan posisi perempuan dengan wilayah seputar dapur, kasur dan sumur. Pekerjaan yang menyertainya memang dalam lingkup wilayah domestik yang tidak dihargai dengan materi. Hal ini memang berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang pekerjaannya berkisar di wilayah publik yang berimbas pada materi, prestasi dan prestise. Maka tak mengherankan jika ada pepatah mengatakan wanita iku, swarga nunut, nraka katut. Dari pepatah itu perempuan seolah hanya sebagai pelengkap penderita. Tak bisa dipungkiri, dari sebutan saja , O itu Bu Bambang ta? Istrinya pak Bambang. Jarang kita temui O itu to Pak Surtinah, suaminya Bu Surtinah. Namun kita sebagai perempuan tak perlu berkecil hati. Di mana pun posisi kita, baik di wilayah publik atau pun domestik tetap memberi atmosfer pada keberhasilan baik anak-anak, keluarga, dan laki-laki yang pada muaranya perempuanlah yang memberi warna terhadap peradaban suatu bangsa.

Will Durant, seorang ahli sejarah pernah mengatakn bahwa abad ini merupakan abad kebangkitan kaum perempuan. Gempita kemunculan perempuan pada segala lapangan kehidupan ini membuat ramalan para futurist menjadi benar. Dalam Megatrend 2000 Naisbitt misalnya, mencatat gelombang besar yang akan terjadi pada abad ke-21, yang salah satunya adalah tentang ketokohan perempuan. Gemuruh kebangkitam perempuan ini sepertinya akan terus membesar sejalan dengan perubahan dunia , khusunya perubahan cara pandang perempuan itu sendiri.

Dewasa ini sudah banyak jumlah perempuan yang tampil menjadi pemimpin dunia. Sebut saja Indira Gandi dari India, Golda Meir dari Israel, Gloria Macapagal Arroyo dari Pilipina, Begum Khaleeda Zia dari Bangladesh, Benazir Butto dari Pakistan, dan Indonesia pernah dipresideni seorang wanita, Megawati Sukarno Putri. Bagaimana kiprah mereka? Bisakah mereka menjalani fungsi ganda, berkiprah di wilayah publik dan tetap harmonis dalam wilayah domestik? Inilah kehebatan perempuan. Perempuan perkasa. Perempuan yang menjadi wanita dan menjadi seorang IBU. Seperti apa gambaran perempuan semacam itu? Tentu saja memiliki kepribadian seorang perempuan. Perempuan yang telah menikah akan menjadi seorang istri. Jika istri telah menjalani fungsi reproduksinya maka perempuan itu akan menjadi seorang ibu. Apa konsekuensi seorang ibu? Seorang ibu adalah sosok perempuan yang selalu mendidik dan mendorong anak-anaknya untuk bisa mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Perempuan yang sesungguhnya perempuan juga memiliki semangat dan keinginan yang kuat, sekuat besi dan baja. Mengapa Margareth Teacher dari Inggrris disebut wanita bertangan besi? Ya, karena dia punya kemauan dan keinginan yang kuat, ” You may have to fight a battle more than once in order to win it”, merupakan pernyataannya yang menunjukkan keinginan yang kuat dari tokoh dunia tersebut.

Apa konsekuensi dari keinginan yang kuat semacam itu. Apakah sekedar keinginan semata? Tentu tidak bukan?Keiginan yang kuat untuk berhasil perlu ditunjang dengan memperhitungkan dengan teliti semua hal yang dilakukan, mempertimbangkan berbagai faktor, mendengarkan pendapat dan pandangan dari berbagai pihak, dan memikirkan berbagai alternatif yang mungkin diperoleh baik yang terbaik maupun yang terburuk sekalipun. Perempuan juga mesti mempunyai sifat pemberani, punya kepercayaan diri, tekad yang kuat, serta keberanian menciptakan perubahan positif baik untuk lingkup keluarga maupun masyarakat luas. Pramoedya memberi resep melalui tokoh ciptaannya dalam Bumi Manusia yakni, ”Nyai” seorang perempuan yang tertindas karena budaya dan karena laki-laki yakni dengan usaha keras dan terus-menerus belajar. Karena hanya dengan belajar keras kita dapat melawan penghinaan, kebodohan, dan kemiskinan

Di era sekarang, sebagian orang ada yang berpendapat bahwa abad ini abad perempuan, dan sebagian besar penduduk juga berjenis perempuan, tak perlu kiranya laki-laki merasa terlampaui dan terabaikan, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan agar di antara keduanya saling memahami, saling membutuhkan. Perempuan tetaplah perempuan yang membutuhkan laki-laki. Demikian pula laki-laki, mereka tatap membutuhkan kehadiran perempuan. ” Hidup memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima”.

Kutoarjo, 26 November 2008

Partinem, MS. , Guru Basindo SMA 1 Purworejo

Minggu, 23 November 2008

Inilah penampilan para bintang pada pemilihan guru-guru lucu se- kompi kedu-surakarta di bawah asuhan bapak lurah sing kondang kaloka, Raden Bagus Bambang DS . Mfkan kami, pak makhali, demi demi indahnya penampilan kami memnfaatkan meja sebagai kursi....hi.hi... Saat gambar ini diambil banyak yang tekena sindrom sakit ' gendeng'. karena kehabisan obat. he...he...he. Untung ada bu harini yang segera merekomendasikan utk dibawa ke kramat. Sayang sekali pada acara penutupan pak lurahnya menyublim.

puisi bu lurah

Sahabat

Kau adalah cermin
Yang kucari saat bersolek
Kau adalah bantal
Yang kuburu saat tidur
Kau adalah suara
Yang kudengar saat bimbang
Kau adalah kata
Yang ku rangkai dalam tiap bait sajakku



Bila

Bila kau tak bisa menjadi cemara dibukit
Jadilah belukar indah ditepi parit
Bila kau tak bisa menjadi belukar
Jadilah parit yang membuat jalan semarak
Bila kau tak bisa menjadi gurami
Jadilah teri yang indah ditambak
Bila kau tak bisa menjadi komandan yang baik
Jadilah prajurit yang tangguh

Adalah kebaikan pada diri kamu,
Bukan kecantikan … ketampanan
Yang menentukan kemenangan dalam cinta

Bila aku adalah sebuah pohon
Kamu adalah seekor burung betina
Yang akan bernaung dirantingku
Bila aku adalah seorang pelukis
Kamu adalah objek dari lukisanku
Bila aku adalah seorang penyair
Kamu adalah syair-syair yang kutulis
Bila aku adalah sebuah rumah
Kamu adalah atap rumah
Yang selalu melindungiku
Bila aku adalah seorang pemimpi
Kamulah yang selalu aku impikan



J I K A

Jika kau adalah lautan, maka engkaulah yang terdalam
Jika kau adalah gunung, maka engkaulah yang tertinggi
Jika engkau adalah bintang, maka engkaulah sinarnya yang paling terang
Jika kau adalah madu, maka engkaulah yang termanis
Jika kau adalah lilin, maka engkaulah lilin yang takkan pernah padam untuk menerangi dunia
Jika kau adalah intan, maka engkaulah yang paling berkilau
Jika kau adalah hujan, maka engkaulah yang terlebat
Dan, …
Jika engkau adalah seorang raja, maka engkaulah akan selalu bertahta dihatiku, selamanya, selama dan selama – selamanya ……

Burnout pada Guru perlu diwaspadai

BURNOUT pada Guru?

Perlu diwaspadai

.

Anda merasakan pekerjaan terasa membosankan,cepat letih, malas menghadapi aktivitas sehari-hari, apatis, sinis terhadap segala kebijakan yang ada di lingkungan kerja, sering berprasangka negatif, frustasi, merasa tak terterima di lingkungan kerja, merasa gagal, self esteem yang rendah? Padahal, mulanya Anda seorang pribadi yang energik, penuh ide dan kreatif, pekerja keras, optimis? Waspadai, anda terkena syndrom burnout.

Burnout merupakan keadaan internal yang menyangkut perasaan dan motif yang merupakan sebuah pengalaman negatif individu. Aspek negatif ini termasuk tingkat kelelahan emosional dengan kehilangan perasaan dan perhatian, kehilangan kepercayaan, minat, dan juga semangat.

Freudenberger memberikan ilustrasi tentang apa yang dirasakan seseorang ketika mengalami sindrom burnout tersebut seperti gedung yang terbakar habis (burned – out). Suatu gedung yang semula megah dengan berbagai aktivitas di dalamnya, setelah terbakar yang tampak hanyalah kerangka luarnya. Demikian pula yang dialami oleh seseorang yang terkena burnout, dari luar tampak utuh, namun dalamnya kosong dan penuh masalah. Selanjutnya dikatakan bahwa burnout adalah keadaan dimana sseorang mengalami kelelahan atau frustasi karena merasa apa yang diharapkan tidak tercapai. Gejala awal yang ditunjukkan adalah kelelahan fisik dan emosional, tidak sabaran, perasaan negatif, dan merasa terbuang dari lingkungan kerjanya.

Sejak ditemukan pada tahun 1970, burnout telah diakui sebagai ancaman yang serius bagi individu, terutama pada kalangan human service profesional, dan ternyata burnout banyak terjadi di kalangan guru, terapis, pekerja sosial, polisi, dan perawat rumah sakit.

Bahkan, menurut Kleiber & Ensman, bibliografi terbaru tentang burnout yang memuat 2496 publikasi tentang burnout di Eropa menunjukkan 43% burnout dialami pekerja kesehatan dan sosial, 32% dialami guru (pendidik), 9% dialami pekerja administrasi dan manajemen, 4% dialami pekerja di bidang hukum dan kepolisian, sedangkan 2% dialami pekerja lainnya.

Konsekuensi yang penting dari burnout adalah berkurangnya performansi kerja. Burnout akan membuat individu menarik diri dari pekerjaannya. Akibatnya, individu akan cenderung memiliki tingkat absen dan turnover yang tinggi.

Bagaimana kalau kondisi seperti ini dialami banyak guru? Guru yang notabene adalah pekerja profesional yang bekerja pada pemberian pelayanan kepada individu lain (human service) dan juga berhubungan erat dengan masyarakat mengalami sindrom burnout. Tentu akan berdampak dan menimbulkan permasalahan yang tidak bisa dianggap sepele.

Tak dapat dipungkiri, permasalah yang muncul akhir-akhir ini banyak menyorot guru. Guru sedang menjadi isyu santer terkait dengan kebijakan pemerintah khususnya di bidang pendidikan. Dari pergantian kurikulum yang terlampau dinamis dalam tempo yang singkat, pro kontra Ujian Akhir Nasional, pro kontra pendidikan gratis, rendahnya mutu pendidikan baik dari out put maupun para pemangku kebijakan, sertifikasi yang juga banyak menuai banyak permasalahan dan menyita perhatian, kenaikan anggaran pendidikan yang masih awang-awang, semua itu memberi andil pada burnout yang terjadi di kalangan guru.

Masalah lain yang umumnya dihadapi para guru terkait dengan perubahan kurikulum serta kebijakan sekolah / instansi tempat mereka bekerja, alih-alih peningkatan mutu SDM, banyak guru yang ditugaskan oleh instansi atau sekolah tempat mereka mengajar untuk mengikuti berbagai pelatihan, diklat, workshop,seminar atau terangkum dalam istilah penataran keluar kota, atau keluar daerah, bahkan juga keluar negeri. Di tempat baru tersebut seorang guru harus dapat menjaga sikap dan tingkah laku, dapat beradaptasi dengan suasana dan orang-orang baru. Selain itu, guru juga harus bisa membawa nama baik sekolah atau instansi yang menugasi.

Terlepas dari perannya sebagai seorang guru, mereka juga manusia biasa yang dalam kodratnya tetap sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu guru juga bisa terkena stres. Dan stres adalah bentuk tanggapan individu baik secara fisik maupun psikis terhadap suatu perubahan di lingkungan yang dirasa mengganggu dan dapat mengakibatkan dirinya terancam. Efeknya motivasi kerja menurun, sinis, timbul sikap negatif, frustasi, timbul perasan ditolak dsb.

Burnout sebenarnya banyak dialami oleh individu yang termasuk pekerja keras, optimistis, penuh ide, dan energik. Sangat disayangkan apabila banyak pekerja profesional yang akhirnya mengalami sindrom burnout. Karena kondisi seperti ini apabila dibiarkan berlarut-larut akan berimbas pada berbagai hal.

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan sosial ternyata berkorelasi negatif terhadap burnout. Oleh karena itu, peran orang lain, lingkungan sekitar sangat diperlukan. Dukungan sosial adalah tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal. Dukungan sosial digambarkan sebagai pengalaman yang membawa keyakinan bahwa mereka diperhatikan, dicintai, dihargai, yang diperoleh dari kelompok maupun pihak lain. Kembali ke fitrah manusia yang memang memiliki dua kebutuhan dasar yaitu kebersamaan, rasa memiliki dan dimiliki serta memiliki dukungan dari lingkungannya.

Dari mana dukungan sosial diperoleh?

Yang pertama, dari atasan, atasan yang bersikap ramah kepada bawahannya akan membuat bawahan merasa dirinya dihargai dan diperhatikan. Seorang atasan yang suportif, mudah ditemui, penuh perhatian pada kebutuhan-kebutuhan bawahan baik secara individu atau kelompok memberi kontribusi yang luar biasa bagi penanganan burnout.

Yang kedua dari rekan kerja / teman sejawat; hubungan individu dengan rekan kerja hendaklah berjalan baik. Dalam pekerjaan diutamakan kebersamaan yang akan berimbas pada peningkatan nilai kelompok yang sama artinya dengan efektivitas individu. Namun jika terdapat persaingan antarteman sejawat yang tidak sehat, senang mencari muka, ngolor, akan membuat suasana kerja tidak kondusif.

Yang ketiga dari keluarga; keluarga merupakan kelompok sosial pertama bagi individu dalam berinteraksi. Pengalaman dalam keluarga turut menentukan cara / tingkah laku individu terhadap orang lain dalam pergaulan dengan lingkungan sosial di luar keluarga. Apabila interaksi individu dengan keluarga tidak wajar, kemungkinan besar saat individu tersebut berinteraksi dengan orang lain juga tidak wajar. Keluarga yang diharapkan adalah keluarga yang selalu mendukung dan memberi saran atas hasil kerja dan kinerja yang dapat meningkatkan motivasi kerjanya. Anggota keluarga hendaknya memberi dukungan emosional maupun material terhadap individu bersangkutan agar dapat membantu mengurangi stressor yang diterima.

Dapat digarisbawahi, semakin banyak dukungan sosial, semakin rendah burnout yang dialami para guru khususnya dan para pekerja profesional pada umumnya. Sebaliknya, semakin sedikit dukungan sosial, makin tinggi pula burnoutnya.

Tak dapat dimungkiri, manusia memang tak dapat lepas dari lingkungannya. Ia adalah makhluk dualisme. Walaupun ia makhluk individu, ia tak dapat berlaku individualis, egois, dan merasa ‘paling’, karena ia juga makhluk sosial yang membutuhkan dukungan, kehadiran, perhatian, dan cinta dari orang lain.

Marilah kita banyak berlatih untuk juga mencintai apa yang kita kerjakan, tidak hanya mengerjakan apa yang kita cintai. Semoga kita terhindar dari burnout.


partinem, ms. gr basindo. bu lurah.