Selasa, 05 Mei 2009

Singkatan dan Akronim dalam Pesta Demokrasi

Pemilihan Caleg baru saja usai. Tetapi bekas-bekasnya, dampak dan ekses yang ditimbulkan belum juga surut. Carut-marut pencontrengan--alih-alih 'penyontrengan'--, penggelembungan suara, sampai-sampai hingar-bingar RSJ gara-gara caleg stress, masih meramaikan media, lebih-lebih media TV. Ah, memikirkan masalah remeh-temeh itu, menambah beban kita yang sudah 'diplekotho' oleh bobroknya sistem pendidikan di negeri ini (yang menjadi tim sukses UN, jangan tersinggung lho!)

Namun ada yang menarik setiap ajang besar itu digelar. Lebih-lebih karena pilpres sebentar lagi digelar. Jutaan kamera, baik kamera elektronik maupun kamera made in Sang Sutradara--maksudnya mata kita-- akan tak berkedip menyaksikannya. Bagi saya, guru bahasa Indonesia, ketertarikan itu bukan karena kampanyenya yang ramai atau hebohnya 
serangan 
fajar, melainkan secara naluriah tergelitik oleh penggunaan bahasa kampanyenya.  
Masih ingat tidak, 
sejak kapan kita memanggil Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dengan panggilan SBY-JK? Lalu yang lain pun ikut, ada Mutiara pada pilgub Jateng lalu, ada juga HB dan Panji di Pilgbup Temanggung, kota saya. (Seingat saya, sebelum era SBY, belum ada yang berani menyingkat-nyingkat nama tokoh politik).

Sesungguhnya bagaimana kaidah penyingkatan nama atau akronimisasi nama-nama tersebut? Terlepas dari aturan yang ada, kita patut berbangga karena para calon-calon itu masih menghargai etika dan estetika penyingkatan. Mereka memilih singkatan yang baik dan sopan. Bagaimana mungkin jika calonnya Sumanto- Sulastri disingkat Susu? Secara etis dan estetis, kemungkinan yang muncul adalah S2 atau 2S atau SumanTri? Andaikan calon yang muncul Bambang dan Duta, kira-kira akronimnya apa? Badut, Bata, BD, DB, atau Bangdut? Bila jago kita Kasmin dan Dalimin? Ah, entahlah. Yang jelas GURU BAHASA sudah saatnya dilibatkan pada urusan kampanye ini. Biar guru-guru ini menjadi tim kreatifnya. Semakin bagus singkatannya, semakin mudah diingat, dan semakin estetis diksinya, insyaAllah, masyarakat pun akan mudah menghafalnya. Dan ketika pencontrengan tiba, nama-nama itu ada di luar kepala.

Kira-kira bagaimana inisiatif saya ini, Mas Resi? Bila ada parpol yang tertarik dengan ide saya dan membutuhkan tim kreatif, silakan kirim pos-el: s_macantmg@yahoo.com) Bisa juga lewat Buku Wajah(?) *** Bowo Tmg

Senin, 04 Mei 2009

PARTY DOLL

Walah ... walah ... gayane, puool. Dumeh bar dinobatkan sebagai Guru Berprestasi 2009. Selamat ya, moga-moga bisa nututi jejak mas Azis. Salam buat beliau. Puisi-puisinya lumayanlah, tapi ada beberapa yang terpengaruh puisi, gaya, atau diksi puisi sastrawan.

Ya, Allah, kapan lagi kami dipertemukan dengan para sahabat ini??


Resi Bisma Jateng: puisi bu lurah

Resi Bisma Jateng: puisi bu lurah