Singkatan dan Akronim dalam Pesta Demokrasi
serangan fajar, melainkan secara naluriah tergelitik oleh penggunaan bahasa kampanyenya.
Masih ingat tidak, sejak kapan kita memanggil Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dengan panggilan SBY-JK? Lalu yang lain pun ikut, ada Mutiara pada pilgub Jateng lalu, ada juga HB dan Panji di Pilgbup Temanggung, kota saya. (Seingat saya, sebelum era SBY, belum ada yang berani menyingkat-nyingkat nama tokoh politik).
Sesungguhnya bagaimana kaidah penyingkatan nama atau akronimisasi nama-nama tersebut? Terlepas dari aturan yang ada, kita patut berbangga karena para calon-calon itu masih menghargai etika dan estetika penyingkatan. Mereka memilih singkatan yang baik dan sopan. Bagaimana mungkin jika calonnya Sumanto- Sulastri disingkat Susu? Secara etis dan estetis, kemungkinan yang muncul adalah S2 atau 2S atau SumanTri? Andaikan calon yang muncul Bambang dan Duta, kira-kira akronimnya apa? Badut, Bata, BD, DB, atau Bangdut? Bila jago kita Kasmin dan Dalimin? Ah, entahlah. Yang jelas GURU BAHASA sudah saatnya dilibatkan pada urusan kampanye ini. Biar guru-guru ini menjadi tim kreatifnya. Semakin bagus singkatannya, semakin mudah diingat, dan semakin estetis diksinya, insyaAllah, masyarakat pun akan mudah menghafalnya. Dan ketika pencontrengan tiba, nama-nama itu ada di luar kepala.
Kira-kira bagaimana inisiatif saya ini, Mas Resi? Bila ada parpol yang tertarik dengan ide saya dan membutuhkan tim kreatif, silakan kirim pos-el: s_macantmg@yahoo.com) Bisa juga lewat Buku Wajah(?) *** Bowo Tmg